Sabtu, 09 Mei 2015

Risalah Akhir SMA

Bubulak, Bogor,
Sabtu, 9 Mei 2015

Aroma tanah yang terguyur air hujan memang selalu membuatku tenang. Meski ditempat asing sekalipun. Melihat kawanan air hujan berjatuhan dari langit sore membuatku melupakan sejenak semua gundah dalam hati.

Dua minggu berlalu. Aku masih disini. Berjuang. Menampung ilmu dan pelajaran tambahan yang bertubi- tubi menimpa otak yang tak diketahui berapa volumenya. Senin sampai minggu tak pernah libur. pagi sampai sore belajar di tempat bimbel, malam aku masih harus mengulangnya guna tak tertinggal. Sungguh melelahkan. Untuk apa semua itu aku lakukan jika bukan untuk diriku sendiri? Untuk mana sepanku, untuk kebahagiaanku.

Tepat pada hari ini pun, siswa dan siswi di seluruh sudut nusantara tengah dalam keadaan bimbang. Menunggu sang pengumuman yang tinggal 58 menit lagi.
Bagaimana denganku? Aku? Ya, aku juga "coba-coba" mendaftarkan diriku untuk mengikuti SNMPTN, menjual kemampuan berfikirku yang tak seberapa ini untuk diadu dengan puluhan juta otak anak Indonesia yang terkenal berprestasi itu. Tak realistis memang.
Nilaiku cukup bagus dalam ranking paralel di sekolahku, tapi bagaimana dengan persaingan taraf nasional?

Tujuanku satu. Aku ingin melanjutkan study di Biologi IPB. Tapi kembali ke awal. Suatu kata yang dinamai realistis. Realistis bukan berarti aku putus asa. Meskipun secara harafiah artinya hampir menyenggol kata putus asa, tapi aku masih berjuang di SNMPTN.
Aku melupakan mimpiku belajar Biologi di IPB dengan alasan realistis itu. Aku mengambil Pendidikan Biologi dan Biologi Murni di Universitas Islam Negeri Bandung dan Biologi Murni Universitas Jenderal Soedirman.

Universitas Islam Negeri Bandung, memang sedikit asing dan tak punya nama sebesar IPB.  Aku pun tak tahu alasanku memilih universitas itu. Setidaknya "realistis" itu sudah aku penuhi. Meninggalkan IPB yang memang akan sangat sulit bersaing dan lulus disana mengingat belum pernah ada seorangpun di sekolahku yang pernah lulus SNMPTN di universitas manapun. Itulah "secuil" alasanku memilih UIN.

Sekarangpun, dengan memilih UIN sebagai pilihan utama di SNMPTN, aku masih merasa tidak yakin akan mendapat hasil yang menyenangkan jam 5 sore nanti.
Aku tak begitu mengharapkan. Meski demikian, dalam hati kecilku masih terselip molekul keinginanku untuk lulus SNMPTN dan menjadi pionir sekolahku di SNMPTN. Jika aku lulus di UIN bandung, setidaknya aku tak usah berlama-lama tinggal disini. Pulang pergi menaiki angkot hijau dan biru untuk sampai ke kampus katalis IPB untuk dijejali materi SBMPTN, selain itu aku dapat membantu adik kelasku, menyediakan kursi kosong untuk diduduki tahun depan oleh mereka. Dengan konsekuensi tidak berkuliah di kampus impianku sejak aku kecil itu, IPB. Tak apa. Semua sudah digariskan. Tawakal.

Bukan aku tak mencoba jalur lain, aku mendaftarkan diriku di berbagai sekolah vokasi universitas negeri dan Politeknik negeri. Setidaknya sudah membuahkan hasil, aku dikabari bahwa aku lulus Teknologi Pangan di Politeknik Negeri Lampung. Aku langsung menelpon ayahku, apa harus kuambil? Karena aku salah satu orang pertama di sekolahku yang berhasil lulus PMDKPN. Tapi aku masih menunda kesempatan itu. Tak jelas juga bagaimana keputusannya. Karena aku mendapat kabar lagi bahwa aku lulus di Supervisor Jaminan Mutu Pangan Vokasi IPB. Meski baru kabar burung dari kakak pendahuluku disana, aku cukup merasa senang. Setidaknya aku berhasil diterima di IPB meski hanya D3 (itu pun belum jelas kebenarannya. Semoga saja benar adanya)

Meski sudah dijatuhi dua pilihan itu, aku masih menyimpan asa untuk melanjutkan study di S1 IPB. Inilah sebabnya aku masih disini. Jauh dari ayah dan ibu, hanya untuk mengejar keinginan yang menjulang itu.
aku akan berusaha terus untuk memastikan bahwa ada satu kursi yang sudah aku miliki di s1 IPB. Biologi, pelajaran yang selalu aku kagumi.

31 menit menuju pengumuman SNMPTN itu, jantungku masih berdetak biasa dengan tekanan sistol/diastol 120/80. Aku tak merasa gugup atau apapun itu yang para peserta SNMPTN lain rasakan. Aku pun bingung harus dengan apa aku menjelaskan semua ini?
aku bertawakal dan berserah kepadaMu yaRabb. Dzat yang maha menentukan hasil. Dzat yang masa merencanakan sesuatu dengan baik.
Apapun hasil yang aku dapatkan, aku akan terima dengan lapang dada yaAllah. Karena aku yakin masih ada rencana indahMu untukku. Jika memang aku sudah ditakdirkan untuk kuliah di IPB, seberapa sulitpun rintangan yangbharus aku hadapi. Aku akan tetap berjuang. Karena jika sudah takdir, Mars dan Bumi pun hanya selangkah kaki.

Pemimpi Ulung,
Deasy Lucyana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar